EKSTRAKSI PEKTIN KULIT PISANG (Musa paradisiaca)
DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION
Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Indonesia. Berdasarkan cara mengkonsumsinya pisang dikelompok-kan dalam dua golongan yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang. Sedangkan plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah diolah menjadi produk makanan lain seperti keripik pisang, sale pisang, selai pisang, pisang goreng dan lain sebagainya (Ramada, 2008). Pemanfaatan buah pisang yang besar untuk berbagai jenis makanan, akan menghasilkan limbah berupa kulit pisang. Kulit pisang merupakan buangan yang cukup banyak jumlahnya dikarenakan jumlah bobot kulit pisang 40% dari buahnya (Tchobanoglous.dkk, 2003). Selama ini banyak masyarakat yang hanya memanfaatkan kulit pisang sebagai campuran pakan ternak dan pupuk meskipun sebenarnya kulit pisang memiliki potensi lain untuk dikembangkan, misalnya sebagai bahan baku pembuatan bubuk pektin.
Pektin merupakan polisakarida kompleks yang bersifat asam yang terdapat dalam jumlah yang bervariasi, terdistribusi secara luas dalam jaringan tanaman. Secara umum pektin terdapat di dalam dinding sel primer, khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa (Hasbullah, 2001). Dalam jaringan tanaman pektin berada sebagai protopektin yang bersifat tidak larut dalam air karena berada sebagai garam kalsium dan magnesium (Sulihono, dkk., 2012).
Penggunaan asam dalam ekstraksi pektin adalah untuk menghidrolisis protopektin menjadi pektin yang larut dalam air ataupun membebaskan pektin dari ikatan dengan senyawa lain, misalnya selulosa (Tarigan, dkk., 2012). Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabiliser emulsi untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan (Berry dan Ahda, 2006).
Ekstraksi konvensional untuk mengambil senyawa pektin memakan waktu lama dan melibatkan jumlah pelarut yang banyak. Untuk itu diperlukan teknik ekstraksi yang lebih efisien dalam mengekstrak pektin, salah satunya dengan MAE (Microwave Assisted Extraction). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu lama ekstraksi (5, 10, 15 menit) dan rasio bahan:pelarut (1:10, 1:20, 1:30 b/v). Perlakuan terbaik didapat dengan kombinasi rasio 1:20 serta lama ekstraksi 15 menit. Karakteristik pektin dari perlakuan terbaik yaitu rendemen 14,97%, %, kadar air 10,84%, kadar abu 4%, berat ekuivalen 775,33 , kadar metoksil 9,52% , dan kadar galaturonat 77,75%.
Baca selengkapnya pada artikel di bawah ini :